Beranda » Artikel » Artikel Sejarah » Kecerdikan Mata-Mata Andalan Rasulullah ﷺ

Kecerdikan Mata-Mata Andalan Rasulullah ﷺ

Kisah tentang loyalitas dan keberanian salah seorang mata-mata andalan Rasulullah ﷺ dalam Perang Ahzab, bisa kalian temukan di sini.

kisah mata-mata Rasulullah sahabat Hudzaifah Ibnul Yaman

kisah mata-mata Rasulullah sahabat Hudzaifah Ibnul Yaman

Di dunia ini sudah ada banyak sekali kisah heroik tentang mata-mata: tentang loyalitasnya ataupun tugasnya yang sangat berbahaya.

Dalam Islam, sejarah pun telah mengisahkan salah satu mata-mata terbaik Sang Rasul ﷺ. Seorang mata-mata yang rela bertaruh nyawa bukan untuk dunia, melainkan demi kemenangan agamanya. Diberi julukan Shahibu Sirri Rasulillah (Pemegang Rahasia Rasulullah ﷺ), dialah Hudzaifah bin al-Yaman radhiallahu anhu.

Hari itu Perang Khandaq (Perang Parit) tengah berlangsung. Kaum muslimin sedang dikepung musuh selama sekian hari hingga membuat mereka kelaparan, pun masih ditambah lagi dengan dinginnya hawa malam yang merasuk sampai tulang. Sebuah kondisi yang sangat mengambrukkan semangat para pasukan.

Dalam kondisi yang sedemikian genting tersebut, Rasulullah menitahkan sebuah misi agung yang, karena keadaan yang memang tidak mendukung, tak disambut baik oleh para sahabat.

Sebagai seorang panglima yang menyayangi para pasukannya layaknya rekan seperjuangan, Rasulullah ﷺ paham. Beliau ﷺ tidak menghardik mereka.

Akhirnya, Rasulullah ﷺ pun menunjuk Hudzaifah bin al-Yaman untuk menyelesaikan misi tersebut; dan dengan penuh rasa hormat, Hudzaifah menyanggupinya. Sebuah misi yang umum dilakukan oleh seorang mata-mata: menyusup.

Hudzaifah, menyelinaplah kamu menuju barisan musuh dan carilah berita tentang kondisi mereka. Ingat, jangan melakukan apa pun sampai kamu pulang menemuiku kembali,” perintah Rasulullah ﷺ.

Dipenuhi oleh keberanian dan keyakinan akan datangnya pertolongan Allah, Hudzaifah yang saat itu sedang menahan lapar pun berangkat di tengah gelapnya malam …

***

Setibanya di barisan musuh, ternyata pasukan musuh yang dijumpainya juga sedang mengalami keadaan yang tak jauh berbeda dengan pasukan kaum muslimin: kelaparan dan kedinginan.

Namun, lebih dari itu, keadaan mereka malah jauh lebih menyedihkan: terjadinya perselisihan hebat di antara mereka sendiri, munculnya rasa gengsi pada sebagian kabilah, dan angin kencang yang membuat periuk-periuk mereka tidak bisa digunakan untuk memasak.

Di tengah kekacauan itu, panglima mereka, Abu Sufyan—yang kala itu masih musyrik, berdiri menghadap mereka dan berkata, “Pasukan-pasukanku! Hendakanya masing-masing dari kalian mengetahui siapa yang berada di sampingnya (karena kondisi ketika itu sangat rawan dimasuki penyusup).”

Seketika itu Hudzaifah memegang tangan orang yang ada di samping kirinya dan bertanya, “Siapa kamu?!”

“Muawiyah bin Abi Sufyan,” jawab orang tersebut.

Tak berhenti di situ, Hudzaifah juga memegang tangan orang yang ada di samping kanannya, “Siapa kamu?!” tanya beliau.

Dijawab oleh orang tersebut, “Amr bin al-Ash.”

Dengan demikian, Hudzaifah pun selamat.

Abu Sufyan melanjutkan, “Wahai kaum Quraisy, kita ini berada di tempat yang tidak layak, sementara Bani Quraizhah (Yahudi) berada di tempat yang nyaman. Cuaca telah membuat periuk-periuk kita tidak bisa menyala. Maka dari itu, pulanglah, karena aku akan pulang.”

Akhirnya Abu Sufyan menaiki untanya dan segera pulang.

***

Hudzaifah mengingat-ingat kejadian saat itu, “Ketika aku melihatnya (Abu Sufyan), aku sangat ingin memanahnya. Akan tetapi, karena Rasulullah ﷺ memerintahkanku untuk tidak melakukan sesuatu sampai bertemu dengan beliau kembali, aku pun mengurungkan niatku.”

Kemudian, kembalilah Hudziafah menuju Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin, membawa berita tentang kepulangan musuh.

Hal ini membuktikan betapa Hudzaifah, Sang Pemegang Rahasia Rasulullah ﷺ, amat memegang teguh amanah yang diembankan kepadanya. Penuh totalitas dan loyalitas dalam menjalankan tugas.


Sumber:

Abdul Malik bin Hisyam. Sirah Nabawiyah, jilid 2 hlm. 231—233 dengan ringkasan.

DMCA.com Protection Status